Setiap orang islam pastilah pernah mendengar atau pernah mengucapkan yang namanya bacaan basmalah yang merupakan ayat pertama dari Al Fatehah
Didalam sebuah hadist di terangkan betapa pentingnya basmallah, yaitu “Setiap perkara penting yang tidak didahului dengan bismillâhhirrahmânnirrahîm maka perbuatan tersebut terpotong.” (HR. Abu Daud).
Dalam prakteknya ucapan basmalah menyertai setiap dimensi kehidupan seorang muslim dalam kesehariannya, basmalah juga adalah ucapan sakti dan sekaligus power ruhiyah yang mampu mengantarkan seorang muslim untuk senantiasa mengingat Tuhannya, yang pada gilirannya membawa setiap setiap denyut jantungnya pada berbuat kebaikan.
Puncak dari perjalanan kepada Tuhannya adalah ketika kehendak seorang hamba sudah bersatu dengan kehendak Tuhan. Jika seseorang sudah mendahulukan kehendak Tuhan daripada kehendak dirinya, dia tidak dapat membedakan mana kehendak Tuhan dan kehendak dirinya. Kakinya yang berjalan adalah kaki Tuhan, matanya yang melihat adalah mata Tuhan, dan tangannya yang memegang adalah tangan Tuhan. Dalam hadis Qudsi disebutkan: Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan amal sunnah, Aku akan menjadi matanya untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya untuk menyentuh, dan Aku akan menjadi kakinya untuk berjalan. Dan jika ia berdoa, Aku akan menjawab doanya
Di sisi lain banyak petuah dalam masyarakat jawa menggunakan kata Eling. Eling berarti berpikir sehat, bijaksana, pantas, ingat akan Tuhan. Bermakna sangat luas jauh melebihi dari apa yang kita ketahui. Kita sering hanya mengartikan kata eling yang berarti ingat. Mengacu makna di atas maka saat orang tidak berpikir sehat, tidak bijaksana, berlaku tidak pantas dan juga tidak ingat akan Tuhan bisa dikategorikan tidak Eling.
Dalam upaya menggapai kesempurnaan hidup, kebudayaan Jawa mengajarkan agar masyarakat hidup tidak sekadar mlaku (bergerak). Namun juga harus didasari lelaku (olah rasa dan batin). Karena semua itu, berkaitan dengan Tuhan. Setiap gerak dalam kehidupan bukan hanya perpindahan fisik. Tidak hanya berdasar pada hitungan rasio. Namun ada laku batin dan olah rasa karena semua perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya. Ajaran menggapai kesempurnaan hidup tersebut bisa ditemukan dalam lakon Bimo Suci
Lakon ini mengisahkan Bima yang atas perintah gurunya (Begawan Drona) mencari Banyu Perwitasari. Dalam perjalanannya, ia bertemu Dewaruci yang persis dengan dirinya namun dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci melalui telinga kanan. Dalam tubuh Dewaruci, Bima semadi dengan pikiran dan perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati yaitu manunggaling kawula Gusti, kesatuan manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam, manusia bersatu dengan Tuhan.
Kemanunggalan ini yang menjadikan manusia mampu melihat hidup yang sejati, atau dalam istilah kejawen, mati sakjroning urip, urip sakjroning mati. Inilah perjalanan rohani untuk masuk dalam samudera menanging kalbu (samudera di dalam kalbu). Cerita ini sangat kental mengandung ajaran Islam.
Secara maknawi ternyata ada banyak persamaan antara islam dan piwulang jawa, nyata sekali bahwa ilmu keTuhanan itu bersifat universal, hanya jalan manembahnya yang bermacam macam dan jadikan jalan masingmasing adalah sarana untuk mendekat kepadaNya, yang meyakini kejawen ya silahkan menjalankan semedinya dan yang meyakini Islam jalani perintah Sholat yang telah di berikan agama islam, demikian pula dengan penganut agama lainnya yang pasti punya jalan untuk menuju pada kedekatan denganNya,
Salam !
c' es
catatan : Tulisan ini hanya pendapat dan mohon koreksi yang sebesarbesarnya dari semua rekan sodara semuanya dan tidak ada keinginan untuk mencampur adukkan cuman sebatas menjembatani bahwa kebutuahn terbesar bangsa ini adalah persatuan itu sendiri sehingga sanagat saya sayangkan bila kita harus ribut karena halhal yang kurang urgent dalam berbangsa dan bernegara,. mohon pengertiannya
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Yang artinya “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.Didalam sebuah hadist di terangkan betapa pentingnya basmallah, yaitu “Setiap perkara penting yang tidak didahului dengan bismillâhhirrahmânnirrahîm maka perbuatan tersebut terpotong.” (HR. Abu Daud).
Dalam prakteknya ucapan basmalah menyertai setiap dimensi kehidupan seorang muslim dalam kesehariannya, basmalah juga adalah ucapan sakti dan sekaligus power ruhiyah yang mampu mengantarkan seorang muslim untuk senantiasa mengingat Tuhannya, yang pada gilirannya membawa setiap setiap denyut jantungnya pada berbuat kebaikan.
Puncak dari perjalanan kepada Tuhannya adalah ketika kehendak seorang hamba sudah bersatu dengan kehendak Tuhan. Jika seseorang sudah mendahulukan kehendak Tuhan daripada kehendak dirinya, dia tidak dapat membedakan mana kehendak Tuhan dan kehendak dirinya. Kakinya yang berjalan adalah kaki Tuhan, matanya yang melihat adalah mata Tuhan, dan tangannya yang memegang adalah tangan Tuhan. Dalam hadis Qudsi disebutkan: Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan amal sunnah, Aku akan menjadi matanya untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya untuk menyentuh, dan Aku akan menjadi kakinya untuk berjalan. Dan jika ia berdoa, Aku akan menjawab doanya
Di sisi lain banyak petuah dalam masyarakat jawa menggunakan kata Eling. Eling berarti berpikir sehat, bijaksana, pantas, ingat akan Tuhan. Bermakna sangat luas jauh melebihi dari apa yang kita ketahui. Kita sering hanya mengartikan kata eling yang berarti ingat. Mengacu makna di atas maka saat orang tidak berpikir sehat, tidak bijaksana, berlaku tidak pantas dan juga tidak ingat akan Tuhan bisa dikategorikan tidak Eling.
Dalam upaya menggapai kesempurnaan hidup, kebudayaan Jawa mengajarkan agar masyarakat hidup tidak sekadar mlaku (bergerak). Namun juga harus didasari lelaku (olah rasa dan batin). Karena semua itu, berkaitan dengan Tuhan. Setiap gerak dalam kehidupan bukan hanya perpindahan fisik. Tidak hanya berdasar pada hitungan rasio. Namun ada laku batin dan olah rasa karena semua perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya. Ajaran menggapai kesempurnaan hidup tersebut bisa ditemukan dalam lakon Bimo Suci
Lakon ini mengisahkan Bima yang atas perintah gurunya (Begawan Drona) mencari Banyu Perwitasari. Dalam perjalanannya, ia bertemu Dewaruci yang persis dengan dirinya namun dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci melalui telinga kanan. Dalam tubuh Dewaruci, Bima semadi dengan pikiran dan perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati yaitu manunggaling kawula Gusti, kesatuan manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam, manusia bersatu dengan Tuhan.
Kemanunggalan ini yang menjadikan manusia mampu melihat hidup yang sejati, atau dalam istilah kejawen, mati sakjroning urip, urip sakjroning mati. Inilah perjalanan rohani untuk masuk dalam samudera menanging kalbu (samudera di dalam kalbu). Cerita ini sangat kental mengandung ajaran Islam.
Secara maknawi ternyata ada banyak persamaan antara islam dan piwulang jawa, nyata sekali bahwa ilmu keTuhanan itu bersifat universal, hanya jalan manembahnya yang bermacam macam dan jadikan jalan masingmasing adalah sarana untuk mendekat kepadaNya, yang meyakini kejawen ya silahkan menjalankan semedinya dan yang meyakini Islam jalani perintah Sholat yang telah di berikan agama islam, demikian pula dengan penganut agama lainnya yang pasti punya jalan untuk menuju pada kedekatan denganNya,
Salam !
c' es
catatan : Tulisan ini hanya pendapat dan mohon koreksi yang sebesarbesarnya dari semua rekan sodara semuanya dan tidak ada keinginan untuk mencampur adukkan cuman sebatas menjembatani bahwa kebutuahn terbesar bangsa ini adalah persatuan itu sendiri sehingga sanagat saya sayangkan bila kita harus ribut karena halhal yang kurang urgent dalam berbangsa dan bernegara,. mohon pengertiannya
bagus, i like it
BalasHapus