Selamat Datang Saudaraku

selamat datang saudaraku.

“setelah membebaskan diri dari macammacam nama maka sampailah pada hanya Esa Tuhannya”, ("selanjutnya perlukah yang Esa itu di bebaskan lagi ?" sebuah pertanyaan yang tidak harus di jawab).

Urun Rembug : adalah sebuah kata yang berarti ikut memberi masukan atau sumbang saran. Blog ini di namakan seperti itu karena ditujukan untuk sekedar ikut sumbang saran bagi kehidupan berTuhan yang Esa, berbangsa dan bernegara, dalam rangka memayu hayuning bawana.
Silahkan membaca mengambil atau mengcopy blog ini bebas di ambil tanpa royalti, saya hanya minta tolong cantumkan inisial/link dari blog ini.
Silahkan. !

Senin, 12 Desember 2011

Werkudara Satriya Pinandita

Raden Werkudara atau Bima waktu lahir terbungkus dan bungkusnya oleh Begawan Sapwani, yang kemudian dipuja oleh pertapa tersebut menjadi bayi gagah perkasa yang serupa Bima. Bayi tersebut kemudian diberi nama Jayadrata atau Tirtanata. Bima merupakan putra kedua dari Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Tetapi ia sesungguhnya adalah putra Batara Bayu dan Dewi Kunti sebab Prabu Pandu tidak dapat menghasilkan keturunan. Ini merupakan kutukan dari Begawan Kimindama. Namun akibat Aji Adityaredhaya yang dimiliki oleh Dewi Kunti, pasangan tersebut dapat memiliki keturunan. Werkudara bicaranya keras, bicaranya selalu memakai bahasa ngoko kecuali kepada Sanghyang Wenang dan Dewa Ruci. Wataknya setya tuhu terhadap guru, berbakti kepada orang tua, pegang janji, tanpa basa basi, terbuka, suka membela kebenaran, membasmi kejahatan suka menolong, cinta saudara. Selama hidupnya Werkudara berguru pada Resi Drona untuk olah batin dan keprajuritan, Begawan Krepa, dan Prabu Baladewa untuk ketangkasan menggunakan gada
Ada banyak cerita (lakon) dalam pewayangan yang menceritakan sepak terjang raden Werkudara ini, salah satu cerita tentang bima adalah saat Bima dan kerabat pandawa lainnya harus menyamar akibat kalah dadu yaitu hidup sebagai buangan selama 12 tahun di hutan dan 1 tahun terakhir harus menyamar dan bila ketahuan dalam penyamaran tersebut oleh pihak kurawa pandawa harus mengulanglagi masa pembuangan tersebut. Pandawa memilih negera Wiratha sebagai tempat menyamar.  Dalam penyamaran tersebut, Werkudara menyamar sebagai jagal atau juru masak istana di negri Wiratha dengan nama Jagal Abilawa. Di sana ia berjasa membunuh Kencakarupa, Rupakenca dan Rajamala yang bertujuan memberontak. Sesungguhnya ia membunuh Kencakarupa dan Rupakenca dengan alasan keduannya ingin memperkosa Salindri yang tidak lain adalah istri kakaknya, Puntadewa, Dewi Drupadi yang sedang menyamar. Akibat terbunuhnya tiga senopati sakti wiratha ini Negara gempar dan kurawa menerbu Wiratha karena menengarahi yang membunuh mereka pastilah pandawa. Penyerbuan korawa dapat di gagalkan berkat bantuan arjuna dan Werkudara.
Yang paling menarik dari tokoh ini adalah satu satunya wayang yang di kemampuan mengajarkan Sastra Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu, kepada sesama makluq lainya bahkan Hanoman dan Kresna juga minta petuah tentang kasampurnan kepada Bima. Termasuk juga meruwat Gurunya, Begawan Drona setelah mati berubah menjadi kuda dan akhirnya Bima juga meruwatnya. Cerita bima bisa mengajarkan Sastra Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu ini biasa dipentaskan dalam upacara ruwatan yang diadakan di jawa.

Bima diminta oleh gurunya, Resi Drona, untuk mencari Tirta Prawitasari atau air kehidupan di dasar samudra. Sebenarnya Tirta Prawitasari itu tidak ada di dasar samudra tetapi ada di dasar hati tiap manusia dan perintah gurunya itu hanyalah jebakan yang di rencanakan oleh Sengkuni dengan menggunakan Resi Drona. Namun Bima menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Ia mencari tirta Prawitasari itu sampai ke dasar samudra di Laut Selatan. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan dua raksasa besar yang menghadang. Kedua raksasa itu bernama Rukmuka dan Rukmakala yang merupakan jelmaan dari Batara Indra dan Batara Bayu yang di sumpah oleh Batara Guru menjadi raksasa. Setelah berhasil membunuh kedua rakasasa tersebut dan setelah raksasa tersebut berubah kembali ke ujud aslinya dan kembali ke kayangan, Werkudara melanjutkan peprjalanannya. Sesampainya di samudra luas ia kembali diserang oleh seekor naga bernama Naga Nemburnawa. Dengan kuku pancanakanya, disobeknya perut ular naga tersebut. Setelah itu Werkudara hanya terdiam di atas samudra. Di sini lah ia bertemu dengan dewanya yang sejati, Dewa Ruci.

Oleh Dewa Ruci, Werkudara kemudian diminta masuk kedalam lubang telinga dewa kerdil itu. Lalu Werkudara masuk dan mendapat wejangan tentang makna kehidupan. Ia juga melihat suatu daerah yang damai, aman, dan tenteram. Setelah itu Werkudara menjadi seorang pendeta bergelar Begawan Bima Suci dan mengajarkan apa yang telah ia peroleh dari Dewa Ruci.
Menurut beberapa orang Werkudara ini menggambarkan keseimbangan antara lahir dan batinnya. Lahiriahnya dia netepi kekesatriyaannya, batinnya pun dia netepi kewajibannya dilambari dengan kegenturan tapanya menjadi pendeta yang mengajarkan Sastra Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu.
Penjabaran Sastra Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu bagi masyrakat jawa adalah sebuah wedaran ilmu yang sangat sakral dimana puncak dari kedudukan insan di jabarkan, selain di babar oleh Begawan Bimo Suci,Sastra Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu juga pernah di jabarkan oleh begawan Wisrawa kepada Dewi Sukesih, tatapi penjabaran ini kurang suci sehingga mengkibatkan munculnya angkara didunia.




c' es

Dirangkum dari berbagai sumber, terimaksih untuk teman2 diskusi di group Kapitayan Nusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar