Raden Werkudara atau Bima waktu lahir terbungkus dan bungkusnya oleh
Begawan Sapwani, yang kemudian dipuja oleh pertapa tersebut menjadi bayi
gagah perkasa yang serupa Bima. Bayi tersebut kemudian diberi nama
Jayadrata atau Tirtanata. Bima merupakan putra kedua dari Dewi Kunti dan
Prabu Pandudewanata. Tetapi ia sesungguhnya adalah putra Batara Bayu
dan Dewi Kunti sebab Prabu Pandu tidak dapat menghasilkan keturunan. Ini
merupakan kutukan dari Begawan Kimindama. Namun akibat Aji
Adityaredhaya yang dimiliki oleh Dewi Kunti, pasangan tersebut dapat
memiliki keturunan. Werkudara bicaranya keras, bicaranya selalu memakai
bahasa ngoko kecuali kepada Sanghyang Wenang dan Dewa Ruci. Wataknya
setya tuhu terhadap guru, berbakti kepada orang tua, pegang janji, tanpa
basa basi, terbuka, suka membela kebenaran, membasmi kejahatan suka
menolong, cinta saudara. Selama hidupnya Werkudara berguru pada Resi
Drona untuk olah batin dan keprajuritan, Begawan Krepa, dan Prabu
Baladewa untuk ketangkasan menggunakan gada
Ada banyak cerita
(lakon) dalam pewayangan yang menceritakan sepak terjang raden Werkudara
ini, salah satu cerita tentang bima adalah saat Bima dan kerabat
pandawa lainnya harus menyamar akibat kalah dadu yaitu hidup sebagai
buangan selama 12 tahun di hutan dan 1 tahun terakhir harus menyamar dan
bila ketahuan dalam penyamaran tersebut oleh pihak kurawa pandawa harus
mengulanglagi masa pembuangan tersebut. Pandawa memilih negera Wiratha
sebagai tempat menyamar. Dalam penyamaran tersebut, Werkudara menyamar
sebagai jagal atau juru masak istana di negri Wiratha dengan nama Jagal
Abilawa. Di sana ia berjasa membunuh Kencakarupa, Rupakenca dan Rajamala
yang bertujuan memberontak. Sesungguhnya ia membunuh Kencakarupa dan
Rupakenca dengan alasan keduannya ingin memperkosa Salindri yang tidak
lain adalah istri kakaknya, Puntadewa, Dewi Drupadi yang sedang
menyamar. Akibat terbunuhnya tiga senopati sakti wiratha ini Negara
gempar dan kurawa menerbu Wiratha karena menengarahi yang membunuh
mereka pastilah pandawa. Penyerbuan korawa dapat di gagalkan berkat
bantuan arjuna dan Werkudara.
Yang paling menarik dari tokoh ini
adalah satu satunya wayang yang di kemampuan mengajarkan Sastra Djendra
Yu Ing Rat Pangruating Diyu, kepada sesama makluq lainya bahkan Hanoman
dan Kresna juga minta petuah tentang kasampurnan kepada Bima. Termasuk
juga meruwat Gurunya, Begawan Drona setelah mati berubah menjadi kuda
dan akhirnya Bima juga meruwatnya. Cerita bima bisa mengajarkan Sastra
Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu ini biasa dipentaskan dalam upacara
ruwatan yang diadakan di jawa.
Bima diminta oleh gurunya, Resi
Drona, untuk mencari Tirta Prawitasari atau air kehidupan di dasar
samudra. Sebenarnya Tirta Prawitasari itu tidak ada di dasar samudra
tetapi ada di dasar hati tiap manusia dan perintah gurunya itu hanyalah
jebakan yang di rencanakan oleh Sengkuni dengan menggunakan Resi Drona.
Namun Bima menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Ia mencari tirta
Prawitasari itu sampai ke dasar samudra di Laut Selatan. Dalam
perjalanannya ia bertemu dengan dua raksasa besar yang menghadang. Kedua
raksasa itu bernama Rukmuka dan Rukmakala yang merupakan jelmaan dari
Batara Indra dan Batara Bayu yang di sumpah oleh Batara Guru menjadi
raksasa. Setelah berhasil membunuh kedua rakasasa tersebut dan setelah
raksasa tersebut berubah kembali ke ujud aslinya dan kembali ke
kayangan, Werkudara melanjutkan peprjalanannya. Sesampainya di samudra
luas ia kembali diserang oleh seekor naga bernama Naga Nemburnawa.
Dengan kuku pancanakanya, disobeknya perut ular naga tersebut. Setelah
itu Werkudara hanya terdiam di atas samudra. Di sini lah ia bertemu
dengan dewanya yang sejati, Dewa Ruci.
Oleh Dewa Ruci, Werkudara
kemudian diminta masuk kedalam lubang telinga dewa kerdil itu. Lalu
Werkudara masuk dan mendapat wejangan tentang makna kehidupan. Ia juga
melihat suatu daerah yang damai, aman, dan tenteram. Setelah itu
Werkudara menjadi seorang pendeta bergelar Begawan Bima Suci dan
mengajarkan apa yang telah ia peroleh dari Dewa Ruci.
Menurut
beberapa orang Werkudara ini menggambarkan keseimbangan antara lahir dan
batinnya. Lahiriahnya dia netepi kekesatriyaannya, batinnya pun dia
netepi kewajibannya dilambari dengan kegenturan tapanya menjadi pendeta
yang mengajarkan Sastra Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu.
Penjabaran
Sastra Djendra Yu Ing Rat Pangruating Diyu bagi masyrakat jawa adalah
sebuah wedaran ilmu yang sangat sakral dimana puncak dari kedudukan
insan di jabarkan, selain di babar oleh Begawan Bimo Suci,Sastra Djendra
Yu Ing Rat Pangruating Diyu juga pernah di jabarkan oleh begawan
Wisrawa kepada Dewi Sukesih, tatapi penjabaran ini kurang suci sehingga
mengkibatkan munculnya angkara didunia.
c' es
Dirangkum dari berbagai sumber, terimaksih untuk teman2 diskusi di group Kapitayan Nusantara
Selamat Datang Saudaraku
selamat datang saudaraku.
“setelah membebaskan diri dari macammacam nama maka sampailah pada hanya Esa Tuhannya”, ("selanjutnya perlukah yang Esa itu di bebaskan lagi ?" sebuah pertanyaan yang tidak harus di jawab).
Urun Rembug : adalah sebuah kata yang berarti ikut memberi masukan atau sumbang saran. Blog ini di namakan seperti itu karena ditujukan untuk sekedar ikut sumbang saran bagi kehidupan berTuhan yang Esa, berbangsa dan bernegara, dalam rangka memayu hayuning bawana.
Silahkan membaca mengambil atau mengcopy blog ini bebas di ambil tanpa royalti, saya hanya minta tolong cantumkan inisial/link dari blog ini.
Silahkan. !
“setelah membebaskan diri dari macammacam nama maka sampailah pada hanya Esa Tuhannya”, ("selanjutnya perlukah yang Esa itu di bebaskan lagi ?" sebuah pertanyaan yang tidak harus di jawab).
Urun Rembug : adalah sebuah kata yang berarti ikut memberi masukan atau sumbang saran. Blog ini di namakan seperti itu karena ditujukan untuk sekedar ikut sumbang saran bagi kehidupan berTuhan yang Esa, berbangsa dan bernegara, dalam rangka memayu hayuning bawana.
Silahkan membaca mengambil atau mengcopy blog ini bebas di ambil tanpa royalti, saya hanya minta tolong cantumkan inisial/link dari blog ini.
Silahkan. !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar