Ada cerita tentang keinginan seorang anak SD yang menginginkan sesuatu, yaitu sebuah sepeda , kenapa karena dia merasa sangat membutuhkan sepeda tersebut. Untuk mencapai keinginannya yang dilakukan anak itu adalah mengumpulkan uang jajannya sedikit demi sedikit dengan menabung. Limapuluh persen uang sakunya, karena uang sakunya sebanyak seribu rupiah per hari maka dia menabung sebesear 500rp perharinya, dalam satu minggu si anak dapat uang saku enam kali maka dalam satu minggu tabungannya dalah 3000rp
Harga sepeda yang akan di beli si anak 150.000rp berarti secara normal anak tersebut membutuhkan 50 minggu, hampir satu tahun. Pertanyaannya mungkinkah anak tersebut akan mendapatkan sepedanya dalam waktu satu bulan ? Pastilah kebanyakan orang akan meragukannya, dan menjawab tidak mungkin, tetapi dalam kenyataanya anak tersebut dalam tempo 2 minggu telah menaiki sepeda idamannya, bagaimana ini terjadi apakah si anak mencuri ? Jelas tidak, ini terjadi karena orangtua si anak tau betapa anaknya telah menabung dan melihat kesungguhan anak tersebut dalam upayanya mendapatkan sepeda idamannya. Orangtua akhirnya memberi kemudahan dengan membelikannya, kasih dan sayang orang tualah yang berperan dalam hal ini, hubungan kasih sayang seperti itulah yang berlaku dan membuatkan jalan pintas, sesuatu yang jarang sekali kita perhitungkan.
Ada sebuah pertanyaan yang sama coba saya ajukan kira-kira kasih sayang orang tua kepada anaknya bila di bandingkan dengan kasih sayang Tuhan kepada makluqnya apakah sebanding ? Dapatkah disamakan secara kualitas ? Pastilah jawaban sebagian besar diantara kita adalah tidak sama dan tidak sebanding, kasih sayang Tuhan jauh lebih berkualitas jauh lebih besar jauh lebih agung, juga jauh lebih murni dan jauh lebih suci.
Berangkat dari fakta-fakta tersebut bila kita sebagai makluqnya berupaya keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan bukankah Tuhan pasti akan memberikan pertolongannnya melalui tangan tak terlihatnya, melalui kasih sayangnya dan barangkali melalui perantara makluqnya yang lain. Yang perlu kita siapkan hanyalah keterbukaan menerima dan selalu berusaha keras menjalankan usaha agara tercapai cita cita tersebut. Bahkan dalam sebuah hadist disebutkan “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum bila kaun itu sendiri tidak merubahnya”, jelas sekali kita oleh Tuhan di tuntut untuk lebih dulu menunjukkan usaha dan Tuhan akan mengabulkannya. Dalam piwulang jawa ada juga unen unen yang mengatakan “ilmu iku tinemune kanthi laku” artinya kemampuan itu akan berproses seiring dengan kesanggupan kita menjalaninya.
Banyak contoh tentang invisible hand dari Tuhan itu sering kali kita mendengar adanya orang yang sakit dan di vonis oleh dokter tidak bisa di sembuhkan ternyata secara tidak terduga duga sembuh seperti sedia kala, banyak orang yang pada kondisi terdesak akhirnya keluar dari desakan tersebut dan menyelesaikan segala kesulitannya tanpa dia tahu bagaimana itu semua terjadi, sekali lagi inilah “invisible hand” dari Tuhan berperan. Sebuah pelajaran yang bisa di petik disini sekali lagi jangan pernah merasa pesimis, sealau merasa optimis atas segala hal, bilamana anda memang mempunyai keinginan kuat dan kepasrahan total serta pakailah bahasa hati untuk mengkomunikasikannya dengan Tuhan maka Tuhan akan membukakan jalan entah lewat mana saja, dari jalan yang tidak terduga-duga. Tidak ada kata tidak mampu yang ada hanyalah kata mau dan tidak mau. Maukah kita berubah itu saja.
Mari saudaraku kita menjadi pribadi pribadi yang mau berubah dan pasrah dalam segala hal. Jangan pernah berfikir negatif dan pesimis bilamana berhubungan dengan Tuhan karena Tuhan akan mangejowantah dalam persangkaan makluknya.
Sebagai penutup saya nukilkan sebuah hadist Qudsi sebagai berikut : Dari Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw, Berfirman Allah Yang Maha Agung:
“Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku tentang Aku, dan Aku bersama-nya ketika ia menyebut Aku. Bila ia menyebut Aku dalam dirinya, Aku menyebut dia dalam Diri-Ku. Bila ia menyebut Aku dalam khalayak, Aku menyebut dia dalam khalayak yang lebih baik dari itu. Bila ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Bila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadanya satu depa. Bila ia datang kepada-Ku berjalan kaki, Aku datang kepadanya berlari-lari”. (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ibn Majah, At-Tirmidzi, Ibn Hanbal), mohon di cermati maknanya dan diambil fadilahnya
Selamat menunaikan ibadah puasa, taqoballahu minna wa minktum, wasalamu’alaukum wr.wb.
Salam !
c’es
c’es
Tidak ada komentar:
Posting Komentar